Laporan Observasi Situ Babakan




(kedua gambar diatas nyomot google image)


Pada  hari Sabtu, 29 November 2014 kami selaku kelompok 3 melakukan observasi ke Perkampungan Situ Babakan. Selain melakukan pengamatan di sana, kami juga mengadakan wawancara bersama Bapak Indra, salah satu pengurus perkampungan Situ Babakan. Walaupun kami hanya berlima dikarenakan 4 teman kami tidak hadir dalam kegiatan ini, kami tetap bersemangat melakukam observasi dalam kondisi cuaca yang begitu panas dan letih karena harus berjalan jauh mengelilingi Situ Babakan.

Perkampungan Situ Babakan dihuni oleh kurang lebih 5.000 kepala keluarga dan  22.000 jiwa sekitar 50%   masyarakat betawi dan 50% yang lain bukan betawi. “Kata asli di dalam betawi, harus disertai nama lokasi tempat asalnya. Jadi, Saya bisa disebut betawi asli Kampung Cipedak, Srengseng Sawah” jelas Pak Indra. Kami hanya mengangguk mengerti, mendapat pengetahuan baru.

Babakan sendiri berati “Bagian dari suatu tanaman”. Misalnya, babakan pohon Angsana yang dapat diguanakan untuk mengobati batuk. Berarti bagian dari pohon Angsana yaitu kulit kayu pohon angsana.  Sedangkan nama Babakan sudah terkenal sejak dahulu. Pada tahun 1970’an, terdapat pula kampung Babakan yang terletak di Selatan Pasar Lenteng Agung.  Karena, danaunya dahulu agak memanjang. Dan jarang pula orang yang mengunjunginya. Maka, orang kampung Babakan menyebutnya dengan Situ Babakan. Kampung Babakan, masih ada sampai sekarang dengan lokasi yang sama.

Perkampungan Situ Babakan, merupakan satu-satunya perkampungan budaya Betawi. Sedangkan Pusat Kebudayaan Betawi, tersebar dibeberapa daerah Jakarta. Seperti Jak-Tim, Jak-Pus, dan Jak Bar. Lain lagi, dengan apa yang disebut Kampung-Kampung Betawi. Disetiap daerah Jakarta, pasti memiliki Kampung-kampung Betawi. Misalnya, di daerah Menteng, Senen, Setiabudi, Jatinegara dan Sawah Besar. Daerah pinggir Jakarta pun memiliki Kampung-kampung Betawi. Seperti di Depok, Tangerang, Bekasi termasuk juga Citayam.

Menurut Pak Indra, luas Situ Babakan sekitar 25 Hektar. Sedangkan Situ Mangga Bolong yang lokasinya pun berdekatan dengan Situ babakan hanya sekitar 12 Hektar. Menurut pengamatan Kami, Situ ini cukup bersih, karena tidak ada sampah di airnya apalagi eceng gondok. Ditambah lagi, banyak pengunjung yang menaiki sepeda air membuat situ ini semakin terlihat enak untuk dipandang.

Di sepanjang jalan, kami menemukan beberapa makanan khas ala Betawi. Diantaranya, Kerak Telur, Dodol Betawi, Soto Betawi, Akar Kelapa, termasuk pula Gado-Gado. Selain makanan kami juga melihat minuman khas yang tentunya dijamin halal, yaitu Bir Pletok.  Kami juga melihat beberapa proyek bangunan yang sedang dibangun. Setelah kami tanyakan kepada pak Indra, ternyata itu merupakan Zona A yang luasnya sekitar 3,2 Hektar. Di dalamnya akan dibangun Mushola, panggung teater, galeri, perpustakaan, museum, gedung serbaguna, warung jajan kuliner,  contoh rumah betawi pesisir, termasuk untuk parkir dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

“Acara yang terdapat disini berupa olahan atau mentah, seperti pelatihan tari, pelatihan musik, serta pelatihan kuliner. Sedangkan untuk acara yang matang itu hiburan. Seperti hiburan musik, yaitu gambang kromong. Juga ada hiburan tiap minggu yaitu tanjidor, kroncong Betawi, drama, teater, lenong, dan sebagainya. Yang utama juga ada penelitian untuk proses belajar mengajar. Termasuk tadi juga ada kakak-kakak senior kalian dari UNJ sebanyak 40 orang kesini untuk penelitian. Begitu juga kalian” penjelasan Pak Indra saat kami menanyai acara apa saja yang diadakan di sini.

Di sekitar perkampungan Situ Babakan ini, terdapat beberapa sanggar. Tetapi, untuk sanggar yang tampil saat pementasan, tidak hanya berasal dari sanggar-sanggar disini. Banyak sanggar dari daerah lain. Seperti dari Jak-Ut, Jak- Tim, Jak-bar. Dan yang sering tampil disini itu berupa kesenian musik dan tari. Artis Betawi terkenal yang sering datang kesini diantaranya H. Bolot, Hj. Tonah, Burhan, dan Ucup Nirin. “Tapi, Ucup sudah jarang kesini. Sekarang dia sudah sangat terkenal dan mainnya sama si Wakwaw.” Kata Pak Indra dengan tersenyum. Hal itu merupakan bagian kepedulian mereka terhadap budaya Betawi untuk mengunjungi perkampungan Situ Babakan ini.

Perkampungan Situ Babakan merupakan wisata murah, yang tidak murahan. Untuk memasuki Situ ini, tidak dipungut biaya bagi yang tidak membawa kendaraan. Namun, untuk yang membawa kendaraan, cukup membayar Rp. 2000. Itupun hanya untuk kendaraannya saja. Situ ini sangat ramai dikunjungi pada Hari libur, waktu yang paling sering dikunjungi itu pada siang  menjelang sore hari. “Tujuan orang  ke sini kan, luar biasa. Ingin beredukasi. Oh, iya ini budaya kita loh. Jadi kita harus peduli nya di sini. Bukan sakitnya di sini ya.” Tutur pak Indra yang membuat kami sedikit tertawa.

Saat kami berkunjung ke Situ Babakan ini, sedang diadakannya JakJazz dengan nuansa Betawi. Juga sedang ada hiburan musik gambang kromong dan lenong. “Nanti malam juga akan diadakan menonton layar tancap. Jadi, kita bernostalgia seperti menonton film Benyamin Sueb. Teman-teman juga boleh kesini. Gratis kok. Asal jangan macem-macem”.

Situ Babakan ini, memang terkenal dengan pencitraan yang salah. Banyak anak muda yang ke Situ ini hanya sekedar untuk bermain-main dan melakukan tindakan yang kurang baik. Pihak Situ sendiri, sudah sering menegur murid yang menggunakan seragam dengan tujuan bukan untuk beredukasi. Namun, tetap saja banyak anak yang menyalahi kegunaan situ untuk aktivitas yang negatif.


Di era globalisasi ini budaya lokal termasuk budaya Betawi tidak banyak anak muda yang melestarikannya. Salah satu yang cara yang diusahakan pihak Situ adalah membuat Perkampungan Betawi terus menjalankan program wajib kunjung bagi para pelajar. Dan menurut Pak Indra, ia beserta pengurus Perkampungan Situ Babakan lainnya berusaha mengenalkan budaya betawi sebagai jatidiri budaya nasional yang tidak boleh dilupakan. “Makanya, kami beserta Pemda mempunyai tanggung jawab yang tinggi supaya budaya lokal itu tetap lestari.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Lupa Bersyukur yaa..

Apa Bedanya nge-Blog dan nge-Vlog

Review 5 Film Beda Negara